Review Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy



Ayat-Ayat Cinta
Judul Buku: Kesucian Cinta
Judul: Ayat-ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Tahun Terbit: 2014
Tebal buku: 314 Halaman
Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang kisah percintaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Kisah seorang mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo Mesir yang bernama Fahri bin Abdullah Siddiq. Fahri tinggal dalam sebuah flat sederhana bersama keempat temannya yang berasal dari Indonesia yaitu empat teman mahasiswa Indonesia, yaitu Rudi, Saiful, Misbah, dan Hamdi juga. Mereka berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai, mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang sama tidak ada yang diistimewakan.
Fahri memiliki tetangga yang baik bahkan paling akrab yaitu keluarga Tuan Bountrous. Istri Tuan Bountrous bernama Madam Nahed, mereka memiliki dua anak yaitu Yusuf dan Maria. Maria adalah putri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Keluarganya menganut agama Kristen Koptik yang sangat taat. Mereka sangat sopan dan menghormati mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.  Maria gadis yang unik.  Ia seorang Kristen Koptik, namun sangat mengagumi Al-Qur’an, bahkan hafal beberapa surat Al-Qur’an. Di antaranya surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Maria kuliah di Cairo University.
Kisah perjalanan cinta Fahri berawal ketika pergi ke Subhra El-kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman. Ia pergi kesana naik metro, dan disitulah awal fahri bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha. Aisha bukanlah orang Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat kasar. Keluarga tersebut adalah keluarga Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama Madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Noura selalu diperlakukan sangat kasar oleh ayahnya. Malam itu Noura disiksa ayahnya, Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi bulan-bulanan oleh Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta bantuan Maria, akhirnya Maria mau menolong Noura. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingi menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih. Maria sangat mengagumi sosok Fahri, kekaguman berubah menjadi cinta. Namun, perasaan itu hanya tercurah di dalam buku diary.
Pada saat malam hari ada gadis yang disiksa oleh ayahnya, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa di bawah dekat flat yang ditempati Fahri, namun ia hendak  menolongnya. Kemudian menghubungi Maria untuk menolong Noura., Maria takut pada Bahadur ayah Noura, dia terpaksa mengikuti perintah Fahri dan akhirnya Noura bersama dengan Maria. Setelah menjelang waktu subuh Noura dititipkan disalah satu mahasiswa Indonesia yaitu Nurul. Ternyata Noura juga mencintai Fahri.
Nurul adalah anak seorang Kyai yang belajar di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada Nurul,. Namun Fahri minder untuk mengungkapkan perasaannya, karena Fahri anak seorang petani. Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup mengungkapkan perasaanya kepada Fahri. Muncullah Aisha, si mata Indah yang menyihir Fahri sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri, dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
       Aisyah menyuruh pamannya untuk menjodohkan dirinya pada Fahri. Mereka berdua menikah, Mereka hidup bahagia. Setelah Fahri Pulang dari Alexsandria dan mendapat kabar bahwa Maria sedang sakit parah dan juga kabar gembira bahwa Aisyah sudah hamil, dan tak lama kemudian kebahagian itu berubah menjadi mala petaka bagi keluarga Fahri dan Aisyah. Fahri ditangkap karena di tuduh memperkosa Noura. Fahri dibawa ke penjara bawah tanah untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang dilakukan. Saat polisi menanyainya, namun Fahri  tidak mengakuinya. Akhirnya hukuman semakin berat dan bahkan Fahri akan menerima hukuman gantung,
Saat berada di penjara Fahri selalu mendapat support dan dukungan dari teman, keluarga, dosen, dll. Persidangan pertama dilakukan, namun tidak  ada tanda baik Fahri akan dibebaskan dari penjara. Karena pihak saksi dari Fahri tidak memiliki bukti yang kuat. Karena semua bukti itu berada pada Mari, tapi Maria sedang sakit parah bahkan koma, sejak Fahri menikah dengan Aisyah. Akhirnya  Madam Nahed dan Yusuf menyuruh Fahri untuk menemui Maria di rumah sakit  untuk berbicara kenangan indah yang pernah mereka jalani. Maria tetap saja tidak merespon, salah satu dokter menyuruh Fahri untuk mengungkapkan cinta kepada Maria, tapi Fahri menolak. Karena cintanya hanya untuk Aisyah saja. Tak disangka Aisyah datang dan menyuruh Fahri untuk menikahi Maria.  Penentu sidang kedua, Maria sudah sembuh dijadikan sebagai saksi Fahri. Akhirnya Fahri dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara. Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur dimasukkan  ke  penjara.
Saat divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan Maria untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia melantunkan suara aneh, ternyata setelah didengar Fahri Maria melantunkan beberapa ayat Al Qur’an dan ingin masuk surga,  Lalu ia terbangun dan menceritakan semua mimpi yang dialaminya  pada Aisha dan juga Fahri. Maria meminta Fahri untuk membantu berwudhu dan Fahri menuruti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga Fahri membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatap dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasanya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa Maria berkata: Asyhadu an laa ilaaha illallah  wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh. Perlahan pandangan matanya meredup sampai kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Setelah diperiksa Fahri nafasnya sudah tidak ada, denyut nadinya sudah tidak ada dan  jantungnya telah berhenti berdetak.. Ternyata setelah diperiksa Maria sudah menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya.
Novel ini mempunyai beberapa kelebihan baik dari segi cover, isi, bahasa dan lain sebagainya sangat menarik. Dalam setiap halaman ketika ada tulisan bahasa arab dibawahnya disertai dengan arti, dan mengajarkan tentang keteguhan dalam menghadapi cobaan. Kekurangannya adalah   ketika Fahri menikah dengan Maria, seharusnya ceritanya diperjelas lagi, sehingga pembaca menjadi lebih paham lagi.
    Novel ini cukup membuat pembaca penasaran dan tertarik untuk membacanya. Bahasanya yang tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami, sekaligus dapat sedikit-sedikit belajar bahasa Arab. Tetapi dalil- dalil yang kurang lengkap menyebabkan keraguan bagi pembaca muslim. Terlepas dari masalah-masalah terebut, novel karya Habiburrahman el Shirazy ini layak dibaca. Karena penuh dengan nilai kehidupan yang tersirat didalamnya.








ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
A.    Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik  merupakan unsur-unsur yang membangun suatu karangan dari dalam
1.      Tema                         
Merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap diri sendiri,disilusi, atau bahkan usia tua (Staton, 2007: 36).  
Jadi tema dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah perjuanganan melawan keadilan, yang terjadi pada Fahri ketika dituduh memperkosa Noura. Aturan di Negara Mesir orang yang memperkosa memiliki dua pilihan yaitu, mengakui perbuatan dan dihukum gantung. Namun, Fahri tetap keras kepala tidak mengakui perbuatan pemerkosaan. Karena Fahri yakin tidak pernah melakukan perbuatan zinah dengan Noura. Bahkan ia rela dihukum gantung. Meskipun tidak bersalah dia ikhlas menerima hukuman itu. Fahri hanya menganggap semua itu adalah sebuah ujian yang harus dilewati.
Fahri tetap teguh mempertahankan keyakinan dan kebenaran meskipun harus menghadapi siksaan yang tidak ringan bahkan bisa berujung pada kematian. Dan Fahri percaya selamanya kebenaran akan menang. Jika tidak di pengadilan  dunia maka kelak di pengadilan akhirat. rekayasa manusia tiada artinya apa-apa dibanding kekuasaan Tuhan. Berkat kesabaran dan keikhlasan Fahri dalam menerima cobaan maka Allah menunjukkan jalan kebenaran saat penentuan siding terakhir, sehingga Fahri dibebaskan dari penjara.

2.      Setting           
Menurut Rokhmansyah (2014: 38) setting adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
a.       Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa dalam lakon. Menurut Stanton (2007:35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Latar tempat dalam novel ini adalah di
1)      Sungai Nil, ketika Maria menanyakan jodoh kepada Fahri dan letak apartemen yang ditempati Fahri dan Aisyah menghadap sungai nil seperti pada kutipan “Apartemen di mana kami berada memang terletak di ujung utara pulau di tengah sungai Nil. Inilah salah satu keindahan kota Cairo. Kota Cairo dibelah oleh sungai Nil yang mengalir dari selatan ke utara. Dan di tengah kota Cairo sungai Nil ini terbelah menjadi dua, di mulai dari selatan di dekat Tahrir dan kembali menyatu di dekat Imbaba”.
2)       Apartemen , yaitu ketika Malam pertama Fahri dan Aisyah sampai menetap di apartemen seperti kutipan “Dua penjaga itu tersenyum dan menjabat tanganku sambil berkata, “Selamat datang di apartemen ini pengantin baru!” Penampilanku dan Aisha memang mudah sekali ditebak.
3)       Metro, ketika Fahri bertemu dengan Alicia dan Aisyah seperti kutipan “Sesuai dengan janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban.
4)      Attaba atau pasar rakyat terbesar di Mesir. Saat mencari kado ulang tahun Madam Nahed dan Yusuf, seperti kutipan ”Harganya relatif lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring”.
5)       penjara, ketika Fahri dituduh memperkosa noura seperti pada kutipan “Malam ini aku meringkuk kedinginan di penjara bawah tanah. Aku nyaris tidak bisa memejamkan mata. Seluruh tulang terasa ngilu, kulit kedinginan, punggung perih bukan main, dan kemaluan sakit luar biasa”.
6)      alexsandria, ketika menemani Aisyah menulis biografi ibunya seperti kutipan Di Alexandria kami melewati hari-hari indah. Tidak terlalu kalah indahnya dengan hari-hari di tepi sungai Nil. Tapi tepi sungai Nil tetaplah lebih terkesan, karena kami menghabiskan malam paling indah sepanjang hayat di sana”.
7)       Mesir Kairo Al Azhar, suatu tempat dimana Fahri menuntut ilmu ,
8)      restoran, ketika keluarga Maria mengajak Fahri dan teman kamarnya untuk makan malam sebagai ungkapan terima kasih atas kejutan yang dibuat.
9)      Flat, tempat Fahri dkk selama menempuh S2 di Al-Azhar.
10)  Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq tempat Fahri belajar mengaji dengan  Syaikh Utsman Abdul Fattah, seperti kutipan “Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi  pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah dan ushul tafsir. Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an di Mesir.”
11)   rumah sakit. Ketika Aisyah sakit karena keterlambatan mengungkapkan rasa cintanya pada Fahri, seperti kutipan “Bila seseorang dimabuk asmara, dia tak bisa memikirkan hal yang lain. Dia tidak bisa lepas untuk memikirkan dirimu, memikirkan cintanya, sampai akhirnya jatuh sakit.”
b.      Latar Suasana adalah menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan atau konflik. Suasana yang terjadi dalam novel ayat-ayat cinta 1, yaitu
1)      Romantis, ketika Aisyah mendapat kecupan pertama oleh suaminya. “Kecupan pertama yang tak akan pernah kulupa,”. dan “Kau adalah aku. Dan aku adalah kau. Kita akan mengarungi kehidupan ini bersama. Dukamu dukaku. Dukaku dukamu. Sukamu sukaku. Sukaku sukamu. Cita-citamu cita-citaku. Cita-citaku cita-citamu. Senangmu senangku. Senangku senangmu. Bencimu benciku. Benciku bencimu. Kurangmu kurangku. Kurangku kurangmu. Kelebihanmu kelebihanku. Kelebihanku kelebihanmu. Milikmu milikku. Milikku milikmu. Hidupmu hidupku. Hidupku hidupmu.” 
2)      Gelisah ketika Fahri mendengar Maria sakit parah dan tidak tahu harus berbuat apa.
3)      Bahagia, yaitu ketika Fahri dan Aisyah menjalin ikatan suci pernikahan.
4)      Sengsara, yaitu ketika Fahri di penjara karena dituduh memperkosa Noura maka ia harus menjalani hukuman yang tidak ringan, bahkan berujung pada kematian.
5)      Menegangkan, yaitu ketika siding penentu dimulai namun Maria belum juga datang.
6)      Merasa terhina, yaitu ketika seorang polisi berkumis mempermainkan kemaluan Fahri. Fahri merasakan penghinaan yang luar biasa seperti kutipan “Si Kumis mempermainkan kemaluanku. Aku menjerit-jerit dan meronta-ronta. Meludahi Si Kumis. Tapi mereka terus saja terbahak-bahak seperti setan. “Ini yang digunakan untuk memperkosa itu oh..oh..oh! Burung kakak tua..hehehe..kecil sekali tak ada apaapanya dengan milikku…hehehe..tapi berani kurang ajar ya hehehe..hahaha!”

3.      Tokoh            
Menurut Sudjirman dalam (Rokhmansyah, 2014: 34) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Dalam novel ayat-ayat cinta 1 terdiri dari beberapa tokoh yaitu Maria, Yusuf, Aisyah, Fahri Abdullah Shiddiq, Prof. Dr. Abdur Rauf  Manshour, Ismail, Hamada, Haj Rashed, Syaikh Ustman Abdul Fattah, Noura, Bibi Sarah, Magdi, Rudi, Saiful, Hamdi, Mishbah, Bahadur, Mona, Nurul, Gamal, Eqbal, , Tuan Boutros ( ayah Maria ), Nahed ( Ibu Maria ),

4.      Penokohan
Penokohan  adalah sifat, karakter, dan watak yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam sebuah karangan. Penokohan dalam cerpen diatas :
1)      Fahri Abdullah Shiddiq (penyayang, sabar, pintar, amanah, menempati janji, jujur, ulet, penolong, tanggung jawab, penuh target, tepat waktu)
2)      Noura ( malang, jahat, tertutup, kejam, pendiam)
3)      Gamal ( mudah dihasut, pembohong)
4)      Maria (pintar, baik, manja, cantik, suka bercanda, toleran, ceria, manja, tertutup, penyayang)
5)      Aisyah ( peyayang, sabar, baik, ikhlas, lembut, sholehah, pintar, penuh target, penurut)
6)      Yusuf (penurut, baik)
7)      Prof. Dr. Abdur Rauf  Manshour (baik, pintar, bijaksana, sabar, ikhlas)
8)      Bibi Sarah (penyayang)
9)      Eqbal (baik, penyayang, amanah, bijaksana,)
10)  Haj Rashed ( sabar, baik, pandai menebak)
11)  Marwan (santai, sabar)
12)  Nurul ( Baik, penolong, pintar, sholehah, pemalu, kaku, tertutup)
13)  Madam Nahed (penyayang, bijaksana, sabar, toleran, baik, tidak sombong)
14)  Tuan Bountrous ( baik, penyayang, bijaksana, toleran, suka menolong, tidak sombong, ramah)
15)  Syaikh Ustman Abdul Fattah (pintar, penyayang, berwawasan, baik, taat, penolong, bijaksana)
16)  Ummu Aiman (penyayang, baik, penolong)

5.      Alur
Alur  merupakan jalannya cerita kembali menceritakan masa lalu maupun menceritakan kisah di masa depan (hari berikutnya). Alur dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah maju.
Dimulai dari Pada saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar dan tinggal di flat bersama rekan mahasiswa dari Indonesia, kemudian kenal dengan tetangga dekatnya yaitu Maria.:Pada saat malam hari ada gadis yang disiksa oleh ayahnya, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa di bawah dekat flat yang ditempati Fahri, namun ia hendak  menolongnya. Kemudian menghubungi Maria untuk menolong Noura., Maria takut pada Bahadur ayah Noura, dia terpaksa mengikuti perintah Fahri dan akhirnya Noura bersama dengan Maria. Setelah menjelang waktu subuh Noura dititipkan disalah satu mahasiswa Indonesia yaitu Nurul. Adapun pertikaian terjadi pada saat Fahri Pulang dari Alexsandria dan mendapat kabar bahwa Maria sedang sakit parah dan juga kabar gembira bahwa Aisyah sudah hamil, dan tak lama kemudia kebahagian itu berubah menjadi mala petaka bagi keluarga Fahri dan Aisyah. Fahri ditangkap karena di tuduh memperkosa Noura. Fahri dibawa ke penjara bawah tanah untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang dilakukan. Saat polisi menanyainya, namun Fahri  tidak mengakuinya. Akhirnya hukuman semakin berat dan bahkan Fahri akan menerima hukuman gantung, Saat berada di penjara Fahri selalu mendapat support dan dukungan dari teman, keluarga, dosen, dll. Persidangan pertama dilakukan, namun tidak  ada tanda baik Fahri akan dibebaskan dari penjara. Karena pihak saksi dari Fahri tidak memiliki bukti yang kuat. Karena semua bukti itu berada pada Mari, tapi Maria sedang sakit parah bahkan koma, sejak Fahri menikah dengan Aisyah. Akhirnya  Madam Nahed dan Yusuf menyuruh Fahri untuk menemui Maria di rumah sakit  untuk berbicara kenangan indah yang pernah mereka jalani. Maria tetap saja tidak merespon, salah satu dokter menyuruh Fahri untuk mengungkapkan cinta kepada Maria, tapi Fahri menolak. Karena cintanya hanya untuk Aisyah saja. Tak disangka Aisyah datang dan menyuruh Fahri untuk menikahi Maria.  Penentu sidang kedua, Maria sudah sembuh dijadikan sebagai saksi Fahri. Akhirnya Fahri dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara.   

6.      Sudut pandang
Merupakan cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah aku sebagai orang pertama.

7.      Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca lewat karangannya. Pengarang menyampaikan secara tersurat pada bait terakhir.
Amanat yang dapat diambil dari novel ayat-ayat cinta adalah mengajarkan manusia untuk selalu menjaga kesucian diri dan keteguhan iman dalam mendapatkan cobaan dari Allah. Karena semakin banyak ilmu pengetahuan dan iman yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan yang harus dilewati, karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Mengajarkan untuk tidak mencintai lawan jenis secara berlebihan. Jika cinta itu berlebihan maka akan mengkhalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta. Hidup menjadi buta dan mata hati akan tertutup. Karena cinta itu harus dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah agar tercapainya cinta suci. Seperti pada kutipan “Beberapa waktu yang lalu Magdi mengatakan harapan kau bisa dibebaskan sangat tipis sekali. Maria masih juga koma. Mungkin hanya mukjizat yang akan menyadarkannya. Magdi berseloroh, jika punya uang untuk diberikan pada keluarga Noura dan pihak hakim mungkin kau bisa diselamatkan. Kalau kau mengizinkan aku akan bernegosiasi dengan keluarga Noura. Bagiku uang tidak ada artinya dibandingkan dengan nyawa dan keselamatanmu.”

B.     Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar. Dalam unsure ekstrinsik terdiri dari latar belakang penulis, sosial budaya dan agama.
1.      Unsur Biografi
Habiburrahman El Shirazy, lahir di semarang pada tanggal 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Meranggen, sambil belajar kitab kuning di pondok pesantren Al Anwar di Meranggen yang diasuh oleh KH. Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995 setelah itu melanjutkan pengembangan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis di Universitas Al Azhar Kairo dan selesai pada tahun 1999. Dan melanjutkan S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan Imam al-Balquri. Profil karyanya pernah menghiasi beberapa Koran dan majalah, baik majalah local maupun Nasional, seperti solo pos, republika, annida, saksi, muslimah dll.
Beberapa karya Kang Abik yaitu, Ketika Cinta Berbuah Surga (Cetakan ke-2), Pudarnya Pesona, Di Atas Sajadah Cinta, Bidadari Bermata Bening, Dalam Mihrab Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat cinta yang menjadi fenomenal masyarakat.

2.      Unsur Agama
Mengajarkan pembaca untuk selalu teguh dan kuat ketika Allah sedang memberikan cobaan, Karena semakin banyak ilmu pengetahuan dan iman yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan yang harus dilewati, karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Disitulah Allah sedang menguji keimanan kita.

3.      Unsur sosial
Mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan memuliakan tetangga sebelah. Karena seperti yang diajarkan Nabi, beliau bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya!’ Kami tahu kerusakan itu perlu diperbaiki. Dan perbaikan itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena lantai rumah Anda adalah langilangit rumah kami, maka biaya perbaikan itu tentunya kita berdua yang menanggungnya. Kebetulan kami tidak punya uang. Kami menunggu ada uang baru akan memberitahu Anda. Jika kami langsung memberitahu Anda kami takut akan merepotkan Anda. Dan itu tidak kami inginkan.”
Seperti kutipan “Ayah pernah dibuat terharu oleh sikapnya yang tidak mau merepotkan dan menyakiti tetangga. Ceritanya suatu hari ayah menagih iuran air ke tempatnya. Ternyata ia sedang tidak enak badan dan istirahat di kamarnya. Teman-temannya mengajak ayah masuk ke kamarnya. Di dalam kamarnya ada sebuah ember untuk menadah air yang menetes dari langit-langit. Ayah langsung tahu bahwa tetesan air itu berasal dari kamar mandi kami. Karena kamilah yang tepat berada di atasnya. Dan letak kamar mandi memang berada di samping kamarku. “

Comments

Popular posts from this blog

Menemukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Drama Cipoa Karya Putu Wijaya

Aspek Sosial dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy yang Ditinjau dari Pendekatan Sosiologi Sastra