Review Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Ayat-Ayat
Cinta
Judul
Buku: Kesucian Cinta
Judul:
Ayat-ayat Cinta
ISBN:
979-3604-02-6
Penulis:
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit:
Republika
Tahun
Terbit: 2014
Tebal
buku: 314 Halaman
Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang kisah percintaan yang sesuai
dengan ajaran Islam. Kisah seorang mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo Mesir
yang bernama Fahri bin Abdullah Siddiq. Fahri tinggal dalam sebuah flat
sederhana bersama keempat temannya yang berasal dari Indonesia yaitu empat
teman mahasiswa Indonesia, yaitu Rudi, Saiful, Misbah, dan Hamdi juga. Mereka berlima sudah seperti saudara
kandung. Saling mencintai, mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan
kewajiban yang sama tidak ada yang diistimewakan.
Fahri
memiliki tetangga yang baik bahkan paling akrab yaitu keluarga Tuan Bountrous. Istri
Tuan Bountrous bernama Madam Nahed, mereka memiliki dua anak yaitu Yusuf dan
Maria. Maria adalah putri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Keluarganya
menganut agama Kristen Koptik yang sangat taat. Mereka sangat sopan dan
menghormati mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar. Maria gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik, namun sangat
mengagumi Al-Qur’an, bahkan hafal beberapa surat Al-Qur’an. Di antaranya surat
Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Maria kuliah di Cairo
University.
Kisah perjalanan cinta Fahri berawal ketika pergi ke
Subhra El-kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman. Ia pergi kesana naik metro,
dan disitulah awal fahri bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha.
Aisha bukanlah orang Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di
Mesir. Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat kasar. Keluarga tersebut
adalah keluarga Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama Madame Syaima dan
putri bungsunya Noura. Noura selalu diperlakukan sangat kasar oleh ayahnya. Malam
itu Noura disiksa ayahnya, Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi
bulan-bulanan oleh Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta
bantuan Maria, akhirnya Maria mau menolong Noura. Fahri berempati penuh dengan
Noura dan ingi menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih. Maria sangat
mengagumi sosok Fahri, kekaguman berubah menjadi cinta. Namun, perasaan itu
hanya tercurah di dalam buku diary.
Pada saat malam hari ada
gadis yang disiksa oleh ayahnya, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa di
bawah dekat flat yang ditempati Fahri, namun ia hendak menolongnya. Kemudian menghubungi Maria untuk
menolong Noura., Maria takut pada Bahadur ayah Noura, dia terpaksa mengikuti
perintah Fahri dan akhirnya Noura bersama dengan Maria. Setelah menjelang waktu
subuh Noura dititipkan disalah satu mahasiswa Indonesia yaitu Nurul. Ternyata
Noura juga mencintai Fahri.
Nurul adalah anak seorang
Kyai yang belajar di
Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada Nurul,. Namun Fahri minder untuk
mengungkapkan perasaannya, karena Fahri anak seorang petani. Padahal Nurul juga
menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup mengungkapkan perasaanya
kepada Fahri. Muncullah Aisha, si mata Indah yang menyihir Fahri sejak sebuah
kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah
jatuh cinta pada Fahri, dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Aisyah menyuruh
pamannya untuk menjodohkan dirinya pada Fahri. Mereka berdua menikah, Mereka
hidup bahagia. Setelah Fahri
Pulang dari Alexsandria dan mendapat kabar bahwa Maria sedang sakit parah dan
juga kabar gembira bahwa Aisyah sudah hamil, dan tak lama kemudian kebahagian
itu berubah menjadi mala petaka bagi keluarga Fahri dan Aisyah. Fahri ditangkap
karena di tuduh memperkosa Noura. Fahri dibawa ke penjara bawah tanah untuk
mempertanggung jawabkan perbuatan yang dilakukan. Saat polisi menanyainya,
namun Fahri tidak mengakuinya. Akhirnya
hukuman semakin berat dan bahkan Fahri akan menerima hukuman gantung,
Saat berada di penjara
Fahri selalu mendapat support dan dukungan dari teman, keluarga, dosen, dll.
Persidangan pertama dilakukan, namun tidak
ada tanda baik Fahri akan dibebaskan dari penjara. Karena pihak saksi
dari Fahri tidak memiliki bukti yang kuat. Karena semua bukti itu berada pada
Mari, tapi Maria sedang sakit parah bahkan koma, sejak Fahri menikah dengan
Aisyah. Akhirnya Madam Nahed dan Yusuf
menyuruh Fahri untuk menemui Maria di rumah sakit untuk berbicara kenangan indah yang pernah
mereka jalani. Maria tetap saja tidak merespon, salah satu dokter menyuruh
Fahri untuk mengungkapkan cinta kepada Maria, tapi Fahri menolak. Karena cintanya
hanya untuk Aisyah saja. Tak disangka Aisyah datang dan menyuruh Fahri untuk
menikahi Maria. Penentu sidang kedua,
Maria sudah sembuh dijadikan sebagai saksi Fahri. Akhirnya Fahri dinyatakan
tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara. Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur dimasukkan ke penjara.
Saat
divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan Maria
untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri
juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia melantunkan
suara aneh, ternyata setelah didengar Fahri Maria melantunkan beberapa ayat Al
Qur’an dan ingin masuk surga, Lalu ia
terbangun dan menceritakan semua mimpi yang dialaminya pada Aisha dan juga Fahri. Maria meminta Fahri
untuk membantu berwudhu dan Fahri menuruti keinginan Maria.
Dengan sekuat tenaga Fahri membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi.
Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui
oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti
semula. Dia menatap dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah
dari biasanya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa Maria
berkata: Asyhadu an laa ilaaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh. Perlahan pandangan matanya
meredup sampai kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Setelah diperiksa
Fahri nafasnya sudah tidak ada, denyut nadinya sudah tidak ada dan jantungnya telah berhenti berdetak.. Ternyata
setelah diperiksa Maria sudah menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di
bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya.
Novel
ini mempunyai beberapa kelebihan baik dari segi cover, isi, bahasa dan lain
sebagainya sangat menarik. Dalam setiap halaman ketika ada tulisan bahasa arab dibawahnya
disertai dengan arti, dan mengajarkan tentang keteguhan dalam menghadapi
cobaan. Kekurangannya adalah ketika Fahri menikah dengan Maria, seharusnya
ceritanya diperjelas lagi, sehingga pembaca menjadi lebih paham lagi.
Novel ini cukup membuat pembaca penasaran dan tertarik untuk membacanya.
Bahasanya yang tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami, sekaligus dapat
sedikit-sedikit belajar bahasa Arab. Tetapi dalil- dalil yang kurang lengkap
menyebabkan keraguan bagi pembaca muslim. Terlepas dari masalah-masalah
terebut, novel karya Habiburrahman el Shirazy ini layak dibaca. Karena penuh
dengan nilai kehidupan yang tersirat didalamnya.
ANALISIS UNSUR
INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
A.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan
unsur-unsur yang membangun suatu karangan dari dalam
1.
Tema
Merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna
dalam pengalaman manusia, sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat. Ada
banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami
manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan
manusia terhadap diri sendiri,disilusi, atau bahkan usia tua (Staton, 2007:
36).
Jadi tema
dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah
perjuanganan melawan keadilan, yang terjadi pada Fahri ketika dituduh
memperkosa Noura. Aturan di Negara Mesir orang yang memperkosa memiliki dua
pilihan yaitu, mengakui perbuatan dan dihukum gantung. Namun, Fahri tetap keras
kepala tidak mengakui perbuatan pemerkosaan. Karena Fahri yakin tidak pernah
melakukan perbuatan zinah dengan Noura. Bahkan ia rela dihukum gantung.
Meskipun tidak bersalah dia ikhlas menerima hukuman itu. Fahri hanya menganggap
semua itu adalah sebuah ujian yang harus dilewati.
Fahri tetap
teguh mempertahankan keyakinan dan kebenaran meskipun harus menghadapi siksaan
yang tidak ringan bahkan bisa berujung pada kematian. Dan Fahri percaya selamanya
kebenaran akan menang. Jika tidak di pengadilan
dunia maka kelak di pengadilan akhirat. rekayasa manusia tiada artinya apa-apa dibanding
kekuasaan Tuhan. Berkat kesabaran dan keikhlasan Fahri dalam menerima cobaan
maka Allah menunjukkan jalan kebenaran saat penentuan siding terakhir, sehingga
Fahri dibebaskan dari penjara.
2.
Setting
Menurut Rokhmansyah (2014: 38) setting adalah
lingkungan tempat peristiwa terjadi.
a. Latar tempat merupakan lokasi terjadinya
peristiwa dalam lakon. Menurut Stanton (2007:35), latar adalah lingkungan yang
melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa yang sedang berlangsung. Latar tempat dalam novel ini adalah di
1)
Sungai Nil, ketika Maria menanyakan jodoh kepada Fahri dan letak
apartemen yang ditempati Fahri dan Aisyah menghadap sungai nil seperti pada
kutipan “Apartemen di mana kami berada
memang terletak di ujung utara pulau di tengah sungai Nil. Inilah salah satu
keindahan kota Cairo. Kota Cairo dibelah oleh sungai Nil yang mengalir dari
selatan ke utara. Dan di tengah kota Cairo sungai Nil ini terbelah menjadi dua,
di mulai dari selatan di dekat Tahrir dan kembali menyatu di dekat Imbaba”.
2) Apartemen , yaitu ketika Malam pertama
Fahri dan Aisyah sampai menetap di apartemen seperti kutipan “Dua penjaga itu tersenyum dan menjabat
tanganku sambil berkata, “Selamat datang di apartemen ini pengantin baru!”
Penampilanku dan Aisha memang mudah sekali ditebak.
3) Metro, ketika Fahri bertemu dengan Alicia
dan Aisyah seperti kutipan “Sesuai dengan
janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban.
4)
Attaba atau
pasar rakyat terbesar di Mesir. Saat mencari kado ulang tahun Madam Nahed dan
Yusuf, seperti kutipan ”Harganya relatif
lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan
bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring”.
5) penjara, ketika Fahri dituduh memperkosa noura
seperti pada kutipan “Malam ini aku
meringkuk kedinginan di penjara bawah tanah. Aku nyaris tidak bisa memejamkan
mata. Seluruh tulang terasa ngilu, kulit kedinginan, punggung perih bukan main,
dan kemaluan sakit luar biasa”.
6)
alexsandria, ketika menemani Aisyah menulis biografi ibunya seperti
kutipan ” Di Alexandria kami melewati hari-hari indah. Tidak
terlalu kalah indahnya dengan hari-hari di tepi sungai Nil. Tapi tepi sungai
Nil tetaplah lebih terkesan, karena kami menghabiskan malam paling indah
sepanjang hayat di sana”.
7) Mesir Kairo Al Azhar, suatu tempat dimana
Fahri menuntut ilmu ,
8) restoran, ketika keluarga Maria mengajak
Fahri dan teman kamarnya untuk makan malam sebagai ungkapan terima kasih atas
kejutan yang dibuat.
9) Flat, tempat Fahri dkk selama menempuh S2
di Al-Azhar.
10)
Masjid Abu
Bakar Ash-Shidiq tempat Fahri belajar mengaji dengan Syaikh Utsman Abdul Fattah, seperti kutipan “Tepat pukul dua siang aku harus sudah
berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung
utara Cairo, untuk talaqqi pada Syaikh
Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah dan ushul
tafsir. Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang
mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para
Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an di Mesir.”
11) rumah sakit. Ketika Aisyah sakit karena keterlambatan
mengungkapkan rasa cintanya pada Fahri, seperti kutipan “Bila seseorang dimabuk asmara, dia tak bisa memikirkan hal yang lain.
Dia tidak bisa lepas untuk memikirkan dirimu, memikirkan cintanya, sampai
akhirnya jatuh sakit.”
b.
Latar Suasana adalah menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya
adegan atau konflik. Suasana yang terjadi dalam novel ayat-ayat cinta 1, yaitu
1)
Romantis, ketika Aisyah mendapat kecupan pertama oleh suaminya. “Kecupan
pertama yang tak akan pernah kulupa,”. dan “Kau
adalah aku. Dan aku adalah kau. Kita akan mengarungi kehidupan ini bersama.
Dukamu dukaku. Dukaku dukamu. Sukamu sukaku. Sukaku sukamu. Cita-citamu
cita-citaku. Cita-citaku cita-citamu. Senangmu senangku. Senangku senangmu.
Bencimu benciku. Benciku bencimu. Kurangmu kurangku. Kurangku kurangmu.
Kelebihanmu kelebihanku. Kelebihanku kelebihanmu. Milikmu milikku. Milikku
milikmu. Hidupmu hidupku. Hidupku hidupmu.”
2)
Gelisah ketika Fahri mendengar Maria sakit parah dan tidak tahu harus
berbuat apa.
3)
Bahagia, yaitu ketika Fahri dan Aisyah menjalin ikatan suci pernikahan.
4)
Sengsara, yaitu ketika Fahri di penjara karena dituduh memperkosa Noura
maka ia harus menjalani hukuman yang tidak ringan, bahkan berujung pada
kematian.
5)
Menegangkan, yaitu ketika siding penentu dimulai namun Maria belum juga
datang.
6)
Merasa terhina, yaitu ketika seorang polisi berkumis mempermainkan
kemaluan Fahri. Fahri merasakan penghinaan yang luar biasa seperti kutipan “Si Kumis mempermainkan kemaluanku. Aku
menjerit-jerit dan meronta-ronta. Meludahi Si Kumis. Tapi mereka terus saja
terbahak-bahak seperti setan. “Ini yang digunakan untuk memperkosa itu
oh..oh..oh! Burung kakak tua..hehehe..kecil sekali tak ada apaapanya dengan
milikku…hehehe..tapi berani kurang ajar ya hehehe..hahaha!”
3.
Tokoh
Menurut Sudjirman dalam (Rokhmansyah, 2014: 34) tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam
berbagai peristiwa dalam cerita.
Dalam novel ayat-ayat cinta 1 terdiri dari beberapa
tokoh yaitu Maria, Yusuf, Aisyah, Fahri Abdullah Shiddiq, Prof. Dr. Abdur
Rauf Manshour, Ismail, Hamada, Haj
Rashed, Syaikh Ustman Abdul Fattah, Noura, Bibi Sarah, Magdi, Rudi, Saiful,
Hamdi, Mishbah, Bahadur, Mona, Nurul, Gamal, Eqbal, , Tuan Boutros ( ayah Maria
), Nahed ( Ibu Maria ),
4. Penokohan
Penokohan adalah sifat, karakter, dan watak yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam
sebuah karangan. Penokohan dalam cerpen diatas :
1) Fahri Abdullah Shiddiq (penyayang, sabar,
pintar, amanah, menempati janji, jujur, ulet, penolong, tanggung jawab, penuh
target, tepat waktu)
2) Noura ( malang, jahat, tertutup, kejam,
pendiam)
3) Gamal ( mudah dihasut, pembohong)
4) Maria (pintar, baik, manja, cantik, suka
bercanda, toleran, ceria, manja, tertutup, penyayang)
5) Aisyah ( peyayang, sabar, baik, ikhlas,
lembut, sholehah, pintar, penuh target, penurut)
6) Yusuf (penurut, baik)
7) Prof. Dr. Abdur Rauf Manshour (baik, pintar, bijaksana, sabar,
ikhlas)
8) Bibi Sarah (penyayang)
9) Eqbal (baik, penyayang, amanah, bijaksana,)
10) Haj Rashed ( sabar, baik, pandai menebak)
11) Marwan (santai, sabar)
12) Nurul ( Baik, penolong, pintar, sholehah,
pemalu, kaku, tertutup)
13) Madam Nahed (penyayang, bijaksana, sabar, toleran,
baik, tidak sombong)
14) Tuan Bountrous ( baik, penyayang,
bijaksana, toleran, suka menolong, tidak sombong, ramah)
15) Syaikh Ustman Abdul Fattah (pintar,
penyayang, berwawasan, baik, taat, penolong, bijaksana)
16) Ummu Aiman (penyayang, baik, penolong)
5.
Alur
Alur
merupakan jalannya cerita kembali
menceritakan masa lalu maupun menceritakan kisah di masa depan (hari
berikutnya). Alur dalam novel ayat-ayat
cinta 1 adalah maju.
Dimulai
dari Pada saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar dan tinggal di
flat bersama rekan mahasiswa dari Indonesia, kemudian kenal dengan tetangga
dekatnya yaitu Maria.:Pada saat malam hari ada gadis yang disiksa oleh ayahnya,
dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa di bawah dekat flat yang ditempati Fahri,
namun ia hendak menolongnya. Kemudian
menghubungi Maria untuk menolong Noura., Maria takut pada Bahadur ayah Noura,
dia terpaksa mengikuti perintah Fahri dan akhirnya Noura bersama dengan Maria.
Setelah menjelang waktu subuh Noura dititipkan disalah satu mahasiswa Indonesia
yaitu Nurul. Adapun pertikaian terjadi pada saat Fahri Pulang dari Alexsandria
dan mendapat kabar bahwa Maria sedang sakit parah dan juga kabar gembira bahwa
Aisyah sudah hamil, dan tak lama kemudia kebahagian itu berubah menjadi mala
petaka bagi keluarga Fahri dan Aisyah. Fahri ditangkap karena di tuduh memperkosa
Noura. Fahri dibawa ke penjara bawah tanah untuk mempertanggung jawabkan
perbuatan yang dilakukan. Saat polisi menanyainya, namun Fahri tidak mengakuinya. Akhirnya hukuman semakin
berat dan bahkan Fahri akan menerima hukuman gantung, Saat berada di penjara
Fahri selalu mendapat support dan dukungan dari teman, keluarga, dosen, dll.
Persidangan pertama dilakukan, namun tidak
ada tanda baik Fahri akan dibebaskan dari penjara. Karena pihak saksi
dari Fahri tidak memiliki bukti yang kuat. Karena semua bukti itu berada pada
Mari, tapi Maria sedang sakit parah bahkan koma, sejak Fahri menikah dengan
Aisyah. Akhirnya Madam Nahed dan Yusuf
menyuruh Fahri untuk menemui Maria di rumah sakit untuk berbicara kenangan indah yang pernah
mereka jalani. Maria tetap saja tidak merespon, salah satu dokter menyuruh
Fahri untuk mengungkapkan cinta kepada Maria, tapi Fahri menolak. Karena
cintanya hanya untuk Aisyah saja. Tak disangka Aisyah datang dan menyuruh Fahri
untuk menikahi Maria. Penentu sidang
kedua, Maria sudah sembuh dijadikan sebagai saksi Fahri. Akhirnya Fahri
dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara.
6.
Sudut
pandang
Merupakan
cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana
pengarang memandang ceritanya. Dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah aku sebagai orang pertama.
7. Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca lewat karangannya.
Pengarang menyampaikan secara tersurat pada bait terakhir.
Amanat yang dapat diambil dari novel ayat-ayat cinta
adalah mengajarkan manusia untuk selalu menjaga kesucian diri dan keteguhan
iman dalam mendapatkan cobaan dari Allah. Karena semakin banyak ilmu
pengetahuan dan iman yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan
yang harus dilewati, karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Mengajarkan
untuk tidak mencintai lawan jenis secara berlebihan. Jika cinta itu berlebihan
maka akan mengkhalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta. Hidup menjadi buta
dan mata hati akan tertutup. Karena cinta itu harus dilandasi dengan ketakwaan
kepada Allah agar tercapainya cinta suci. Seperti pada kutipan “Beberapa waktu yang lalu Magdi mengatakan
harapan kau bisa dibebaskan sangat tipis sekali. Maria masih juga koma. Mungkin
hanya mukjizat yang akan menyadarkannya. Magdi berseloroh, jika punya uang
untuk diberikan pada keluarga Noura dan pihak hakim mungkin kau bisa
diselamatkan. Kalau kau mengizinkan aku akan bernegosiasi dengan keluarga
Noura. Bagiku uang tidak ada artinya dibandingkan dengan nyawa dan
keselamatanmu.”
B. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah
unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar. Dalam unsure
ekstrinsik terdiri dari latar belakang penulis, sosial budaya dan agama.
1. Unsur Biografi
Habiburrahman El Shirazy, lahir di semarang
pada tanggal 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTs
Futuhiyyah 1 Meranggen, sambil belajar kitab kuning di pondok pesantren Al
Anwar di Meranggen yang diasuh oleh KH. Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992 ia
merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program
Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995 setelah itu melanjutkan
pengembangan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis di Universitas Al
Azhar Kairo dan selesai pada tahun 1999. Dan melanjutkan S2 di The Institute
for Islamic Studies di Kairo yang didirikan Imam al-Balquri. Profil karyanya
pernah menghiasi beberapa Koran dan majalah, baik majalah local maupun
Nasional, seperti solo pos, republika, annida, saksi, muslimah dll.
Beberapa karya Kang Abik yaitu, Ketika
Cinta Berbuah Surga (Cetakan ke-2), Pudarnya Pesona, Di Atas Sajadah Cinta,
Bidadari Bermata Bening, Dalam Mihrab Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih dan
Ayat-ayat cinta yang menjadi fenomenal masyarakat.
2. Unsur Agama
Mengajarkan pembaca untuk selalu teguh dan kuat ketika
Allah sedang memberikan cobaan, Karena semakin banyak ilmu pengetahuan dan iman
yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan yang harus dilewati,
karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Disitulah Allah sedang
menguji keimanan kita.
3. Unsur sosial
Mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan
memuliakan tetangga sebelah. Karena seperti yang diajarkan Nabi, beliau
bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya!’ Kami tahu kerusakan itu
perlu diperbaiki. Dan perbaikan itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena
lantai rumah Anda adalah langilangit rumah kami, maka biaya perbaikan itu tentunya
kita berdua yang menanggungnya. Kebetulan kami tidak punya uang. Kami menunggu
ada uang baru akan memberitahu Anda. Jika kami langsung memberitahu Anda kami
takut akan merepotkan Anda. Dan itu tidak kami inginkan.”
Seperti kutipan “Ayah pernah dibuat
terharu oleh sikapnya yang tidak mau merepotkan dan menyakiti tetangga.
Ceritanya suatu hari ayah menagih iuran air ke tempatnya. Ternyata ia sedang
tidak enak badan dan istirahat di kamarnya. Teman-temannya mengajak ayah masuk
ke kamarnya. Di dalam kamarnya ada sebuah ember untuk menadah air yang menetes
dari langit-langit. Ayah langsung tahu bahwa tetesan air itu berasal dari kamar
mandi kami. Karena kamilah yang tepat berada di atasnya. Dan letak kamar mandi
memang berada di samping kamarku. “
Comments
Post a Comment