Menemukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Drama Cipoa Karya Putu Wijaya


A.    
Menemukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Drama Cipoa Karya Putu Wijaya
Faridhatun Nikmah
Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik  merupakan unsur-unsur yang membangun suatu karangan dari dalam
1.      Tema                         
Merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap diri sendiri,disilusi, atau bahkan usia tua (Staton, 2007: 36).  

Jadi tema dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya bertema tentang kejujuran, yaitu mengisahkan tentang dalam suatu pekerjaan tidak dilandasi adanya kejujuran. Sehingga dalam pekerjaan selalu timbul kecurangan. Oleh karena itu dalam bekerja perlu adanya kejujuran antar anggota satu dengan yang lain. Agar tercapai suatu cita-cita yang dicapai. Seperti pada kutipan percakapan “mulai sekarang aku perintahkan jangan ada kata bohong lagi. Tidak boleh ada dusta di antara kita! Semua harus jujur! Jujur kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri. Jujur kepada …….”.
2.      Setting           
Menurut Rokhmansyah (2014: 38) setting adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
a.       Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa dalam lakon. Menurut Stanton (2007:35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Latar cerita drama Cipoa berada disebuah Goa, Jalan, Tambang, Rumah, Tempat Tidur. Seperti pada kutipan percakapan “Lalu masuk ke dalam tambang para pekerja muncul sambil menyanyi lalu melemparkan barangnya ke amben tempat tidur Tivri”.
b.      Latar Waktu merupakan latar berwujud waktu tertentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah.
Dalam drama Cipoa tersebut dijelaskan waktu terjadinya cerita. Berdasarkan kisah tersebut latar waktunya adalah pagi, siang, sore dan malam. Seperti pada kutipan percakapan “Kabut sudah turun. Malam sudah tiba. Harta karun tetap belum ketemu tapi besok pagi semua harus tetap bekerja demi mnasa depan bangsa”.”Hari sudah siang, harta pusaka harus digali!”. “Kenapa kita mesti datang terlalu pagi”.
c.       Latar Suasana adalah menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan atau konflik. Dalam drama Cipoa dijelaskan suasana Menyedihkan, Tegang, Kesengsaraan, Sengsara dan Gelisah, ,
1.      Khawatir, yaitu saat istri juragan mau  dinaikkan ke atas kapal terbang.
2.      Menegangkan, yaitu saat para pekerja berhasil membuat batu menjadi emas secara diam-diam tanpa pengetahuan juragan. Namun batu itu dijual juragan sesuai harga batu bukan harga emas. Dan saat Tivri mau digebuki Alung gara-gara Tivri ingin memberitahu pekerja saat emas sudah ditemukan.
3.      Gelisah, yaitu saat juragan akan menjual batu yang sudah berhasil dibuat pekerja menjadi emas
4.      Sengsara, yaitu saat juragam sudah menemukan emas tapi rakyat masih masih disuruh untuk bekerja keras.

3.      Tokoh            
Menurut Sudjirman dalam (Rokhmansyah, 2014: 34) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Dalam drama Cipoa terdiri dari beberapa tokoh yaitu, Mbah Joyo, Warga Asing, Tivri, Istri Tivri, Juragan, Istri Juragan, Alung, Pekerja, Pemimpin kerja, Pembeli kaya, Centeng.
4.      Penokohan
Penokohan adalah sifat, karakter, dan watak yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam sebuah karangan. Penokohan      dalam cerpen diatas :
a.       Alung: (pemalas, egois, jahat) seperti pada kutipan “Aku sikat saja dia!”. “Kalau nggak tahu-tahu juga gua masukin skop ini ke mulut Ente sekarang. Berani?”. “Istri juragan: suka membalikkan omongan, kurang bersyukur , mata duitan, percaya diri. Seperti pada kata
1)      Kalau bukan emas nanti duitnya boleh kembali Tuan!”.
b.      Juragan: (pembohong, egois, pengkhianat, serakah) seperti pada kutipan percakapan “Bapak kompor, Sttt! Jadi demi keutuhan persatuan, sebaiknya kita bilang saja kepada mereka semua, hartanya belum ketemu, masih terus kita cari”.
c.       Tivri: (pekerja keras, jujur) seperti kutipan “Pekerja keras, bodoh”. “Kalau kita berkata jujur”.
d.      Pemimpin kerja: (egois, pemalas, mudah percaya, kasar, sensitif) seperti kutipan percakapan “Pemimpin pekerja mau menggampar tangannya cepat dipegang temannya”.
e.       Pembeli kaya: (teliti) seperti kutipan percakapan “Coba tes! Siap!”.
f.       Istri Tivri: (penyayang, jujur) seperti kutipan percakapan “Jangan, jangan telanjangin suamiku”. “Suami saya berbohong karena dipaksa Juragan!”.
5.      Alur
 merupakan jalannya cerita kembali menceritakan masa lalu maupun menceritakan kisah di masa depan (hari berikutnya).
Menurut Stanton (2007:33) alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Dalam drama Cipoa alur tergambar yaitu alur mundur. Hal ini dapat dilihat dari jalannya cerita awal sampai akhir meliputi pengenalan tokoh, kemudian muncul konflik yang dilatar belakangi oleh juragan yang telah berbohong atas emas yang sudah ditemukan. Namun rakyat masih bekerja keras untuk menemukan emas.
Alur dalam cerpen diatas merupakan alur sebanding dengan laki-laki.
6.      Sudut pandang
Merupakan cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Orang kedua serba tahu
7.      Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca lewat karangannya. Pengarang menyampaikan secara tersurat pada bait terakhir.
Amanat yang dapat diambil dari kisah drama Cipoa yaitu Berkatalah jujur meskipun menyakitkan. Kejujuran lebih mulia dari pada kebohongan. Karena jujur merupakan kunci dari segala kesuksesan dan memberikan jalan keluar yang lebih baik. Seperti kutipan percakapan “Tidak boleh ada dusta di antara kita! Semua harus jujur! Jujur kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri”.


Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

Aspek Sosial dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy yang Ditinjau dari Pendekatan Sosiologi Sastra