Aspek Sosial dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy yang Ditinjau dari Pendekatan Sosiologi Sastra


MAKALAH ANALISIS
Aspek Sosial dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
yang Ditinjau dari Pendekatan Sosiologi Sastra
Disusun untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Apresiasi Prosa Fiksi
Dosen Pengampu: Kurniasih Fajarwati, M.Pd.

Hasil gambar untuk iain surakarta

Disusun Oleh:
Faridhatun Nikmah                       163151033

TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SURAKARTA
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Be;akang
Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji adalah novel. Novel adalah salah satu bentuk bentuk prosa fiksi yang lebih panjang dari cerpen dan novelet. Pengkajian novel tidak hanya mengungkapkan nilai ekstetika saja, melainkan juga terdapat adanya nilai amanat yang dapat kita ambil. Novel tidak hanya untuk dinikmati saja melainkan memberikan pencerahan dan manfaat bagi pembaca.
Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang terdapat dalam diri pengarang. Karya sastra adalah potret dari segala aspek kehidupan masyarakat. Pengarang menyodorkan karya satra sebagai alternatif untuk menghadapi permasalahan yang ada mengingat karya satra erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa  sastra diciptakan tidak dalam keadaan kekosongan budaya. Karya sastra dibuat dari hasil pengalaman atau imajinasi yang dilakukan oleh penulis dalam sebuah perenungan sehingga dapat menghasilkan karya sastra.
Keterkaitan antara sastra dengan masyarakat atau lebih khususnya sastra dengan sosiologi, menurut Damono sastra dan sosiologi bukanlah dua bidang yang sama sekali berbeda garapan, malahan dapat dikatakan saling melengkapi, nyatanyakeduanya selama ini cenderung untuk terpisah- pisah (Damono, 2009: 3).
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh  perhatian yang besar aspek dokumenter sastra, landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Suatu karya sastra tidaklah cukup kalau hanya diteliti strukturnya saja tanpa bekerjasama dengan disiplin disiplin ilmu lain. Hal ini dikarenakan, permasalahan yang terkandung di dalam suatu karya sastra pada dasarnya merupakan masalah masyarakat.
B.     Kajian Teori
Keterkaitan  antara karya sastra dengan kondisi kehidupan masyarakat dapat dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra. Ratna menyatakan bahwa dalam lingkup sosiologi sastra, sastra dimengerti dengan cara membahas aspek-aspek kemasyarakatannya, kaitan karya sastra dengan masyarakat yang dilatar belakangi oleh hubungan antara masyarakat dangan karya sastra  (Ratna, 2005: 2-3).
Sastra menampilkan gambaran kehidupan kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Damono, 2009: 13). Melalui karya sastra, pembaca dapat mengetahui dan memahami salah satu atau beberapa persoalan yang dapat ditemui dalam kehidupan, dengan kata lain sastra mempunyai fungsi, yaitu sebagai cermin dari kenyataan.
Menurut (Damono, 1987: 1) sosiologi sastra adalah ilmu yang membahas hubungan antara pengarang, masyarakat dan karya sastra. Melalui sosiologi sastra kita dapat menganalisis latar belakang sosial pengarang menentukan isi karangan dalam karya-karya yang ditulisnya. Karya sastra tidaklah cukup dipahami kalau hanya diteliti strukturnya saja tanpa bekerjasama dengan disiplin ilmu lain. Hal ini dikarenakan, permasalahan yang terkandung di dalam suatu karya sastra pada dasarnya merupakan masalah masyarakat.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Novel
Menurut (Nugriyantoro, 2010: 4) mengemukakan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, dan suddut pandang yang kesemuanya bersifat imajinatif, walaupun semua yang direalisasikan pengarang sengaja dianalogilan dengan dunia nyata tampak seperti sungguh ada dan benar terjadi, hal ini terlihat sistem koherensinya sendiri.
Menurut (Tarigan, 2000: 164) novel berasal dari kata latin novelius yang pula diturunkan pada kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis karya sastra lain seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel ini muncul kemudian. 
Dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu bentuk karya prosa fiksi yang di dalamnya terdapat unsur  intrinsik dan ekstrinsik. Di dalam sebuah novel, biasanya pengarang berusaha semaksimal mungkin memberikan arahan kepada pembaca untuk mengetahui pesan di dalamnya, seperti gambaran realita kehidupan melalui sebuah cerita yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis akan mereview novel Ayat-ayat Cinta yang ditulis oleh Habibburrahman El-Shirazy dan terbit pada tahun 2004, yang jumlah halamannya mencapai 314 halaman.
Novel ini menceritakan tentang sebuah kisah percintaan dengan lawan jenis yang berdasakan hukum agama Islam. Cerita ini dimulai dari tokoh utama yang bernama Fahri. Fahri mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Selama ia kuliah di Mesir ia tinggal di flat dengan empat temannya. Dan ia juga memiliki tetangga yang baik, yaitu tuan Bountrous Madam Nahed, mereka memiliki dua anak yaitu Yusuf dan Maria. Keluarga dari tuan Bountrous menganut agama Kristen Koptik. Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat kasar. Keluarga tersebut adalah keluarga Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama Madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Noura selalu diperlakukan sangat kasar oleh ayahnya. 
Kisah perjalanan cinta Fahri berawal ketika pergi ke Subhra El-kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman. Setiap ia pergi ke Subran selalu naik metro, dan disitulah awal fahri bertemu dengan perempuan bercadar, ia bernama Aisha. Aisha adalah gadis yang berasal dari Jerman yang sedang melanjutkan studinya di Mesir. Saat Aisah berada di metro bersama Fahri, aisyah dicaci maki oleh orang mesir. Fahri pun membela Aisah dari tuduhan kolot dan kaku sejak itulah  Aisah jatuh cinta kepada Fahri.
       Aisah pun menyuruh pamannya untuk menjodohkannya kepada Fahri. Dan akhirnya mereka berdua menikah, padahal keduanya belum saling mengenal lebih dalam lagi. Saat mereka menikah dan menginginkan untuk berbulan madu di Alexsandria, rasa cinta dan kasih sayang itu pun tumbuh dengan sendirinya. Kemudian Fahri mendapat dua kabar antara sedih dan bahagia.  Sedih saat mendengar kabar bahwa Maria sedang sakit parah dan juga kabar gembira  bahwa Aisah sudah hamil, dan tak lama kemudian kebahagian itu berubah menjadi mala petaka bagi keluarga Fahri dan Aisyah. Fahri ditangkap karena di tuduh memperkosa Noura. Akhirnya Fahri  pun  dipenjara. Dan  Aisah ingin membebaskan Fahri dengan cara yang buruk, Karena Aisah sangat mencintai Fahri dan tidak tega melihatnya dipenjara dengan tuduhan tidak bersalah. Fahri mengingatkan kepada Aisah bahwa di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa orang-orang yang saling mencintai satu sama lain pada hari kiamat akan bermusuhan, kecuali orang yang bertakwa. Jadi hanya cinta orang yang bertakwalah yang tidak mengakibatkan orang bermusuhan.  Aisah pun meminta maaf kepada suaminya bhwa apa yang dilakukannya salah. Fahri pun ikhlas menerima hukuman semua ini. Akhirnya Fahri dibebaskan dengan tuduhan tidak bersalah. dan keluarga mereka pun kembali bahagia.

B.           Unsur-Unsur Novel
1.      Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik  merupakan unsur-unsur yang membangun suatu karangan dari dalam
a.       Tema                               
Merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap diri sendiri,disilusi, atau bahkan usia tua (Staton, 2007: 36).
Jadi tema dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah perjuanganan melawan keadilan, yang terjadi pada Fahri ketika dituduh memperkosa Noura. Aturan di Negara Mesir orang yang memperkosa memiliki dua pilihan yaitu, mengakui perbuatan dan dihukum gantung. Namun, Fahri tetap keras kepala tidak mengakui perbuatan pemerkosaan. Karena Fahri yakin tidak pernah melakukan perbuatan zinah dengan Noura. Bahkan ia rela dihukum gantung. Meskipun tidak bersalah dia ikhlas menerima hukuman itu. Fahri hanya menganggap semua itu adalah sebuah ujian yang harus dilewati. Dan Fahri percaya selamanya kebenaran akan menang. Jika tidak di pengadilan  dunia maka kelak di pengadilan akhirat. rekayasa manusia tiada artinya apa-apa dibanding kekuasaan Tuhan. Berkat kesabaran dan keikhlasan Fahri dalam menerima cobaan maka Allah menunjukkan jalan kebenaran akhirnya Fahri dibebaskan dari penjara.

b.      Setting     
Menurut Rokhmansyah (Rokhmansyah, 2014: 38) setting adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
1)      Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa dalam lakon. Menurut (Staton, 2007: 35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Latar tempat dalam novel ini adalah di sungai Nil, Apartemen, Metro, pasar, penjara, restoran, flat, masjid Abu Bakar, dan sebagainya.
2)      Latar Suasana adalah menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan atau konflik. Suasana yang terjadi dalam novel ayat-ayat cinta 1, yaitu romantis, gelisah, bahagia, sengsara, menegangkan.
c.       Tokoh      
Menurut Sudjirman dalam (Rokhmansyah, 2014: 34) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Dalam novel ayat-ayat cinta 1 terdiri dari beberapa tokoh yaitu Maria, Yusuf, Aisyah, Fahri Abdullah Shiddiq, Prof. Dr. Abdur Rauf  Manshour, Ismail, Hamada, Haj Rashed, Syaikh Ustman Abdul Fattah, Noura, Bibi Sarah, Magdi, Rudi, Saiful, Hamdi, Mishbah, Bahadur, Mona, Nurul, Gamal, Eqbal, , Tuan Boutros ( ayah Maria ), Nahed ( Ibu Maria ),
d.      Alur
Alur merupakan jalannya cerita kembali menceritakan masa lalu maupun menceritakan kisah di masa depan (hari berikutnya). Alur dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah maju. Dimulai  saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar dan menikah dengan Aisah. Dan Fahri di penajara atas tuduhan pemerkosaan kepada Naura. Tuduhan itulah yang menjadikan Fahri semakin kuat untuk diuji oleh Allah dan ia ikhlas menerimanya. Berkat kesabaran dan keikhlasannya Fahri dibebaskan dari penjara.
e.       Sudut pandang
Merupakan cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Dalam novel ayat-ayat cinta 1 adalah aku sebagai orang pertama.
f.       Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca lewat karangannya. Pengarang menyampaikan secara tersurat pada bait terakhir.
g.      Amanat
Amanat yang dapat diambil dari novel Ayat-ayat Cinta adalah mengajarkan manusia untuk selalu menjaga kesucian diri dan keteguhan iman dalam mendapatkan cobaan dari Allah. Karena semakin banyak ilmu pengetahuan dan iman yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan yang harus dilewati, karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Mengingatkan kepada kita untuk  tidak mencintai seseorang dengan ketakwaan.

2.      Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar. Dalam unsure ekstrinsik terdiri dari latar belakang penulis, sosial budaya dan agama.
a.       Unsur Biografi
Habiburrahman El Shirazy, lahir di semarang pada tanggal 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Meranggen, sambil belajar kitab kuning di pondok pesantren Al Anwar di Meranggen yang diasuh oleh KH. Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995 setelah itu melanjutkan pengembangan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis di Universitas Al Azhar Kairo dan selesai pada tahun 1999. Dan melanjutkan S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan Imam al-Balquri. Profil karyanya pernah menghiasi beberapa Koran dan majalah, baik majalah local maupun Nasional, seperti solo pos, republika, annida, saksi, muslimah dll.
Beberapa karya Kang Abik yaitu, Ketika Cinta Berbuah Surga (Cetakan ke-2), Pudarnya Pesona, Di Atas Sajadah Cinta, Bidadari Bermata Bening, Dalam Mihrab Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat cinta yang menjadi fenomenal masyarakat.
b.      Unsur Agama
Mengajarkan pembaca untuk selalu teguh dan kuat ketika Allah sedang memberikan cobaan, Karena semakin banyak ilmu pengetahuan dan iman yang kuat, maka semakin banyak pula hambatan dan cobaan yang harus dilewati, karena disitulah Allah sedang menguji keimanan kita. Disitulah Allah sedang menguji keimanan kita.

c.       Unsur sosial
Mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan memuliakan tetangga sebelah. Karena seperti yang diajarkan Nabi, beliau bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya!’ Kami tahu kerusakan itu perlu diperbaiki. Dan perbaikan itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena lantai rumah Anda adalah langilangit rumah kami, maka biaya perbaikan itu tentunya kita berdua yang menanggungnya. Kebetulan kami tidak punya uang. Kami menunggu ada

C.     Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologis, khususnya sastra Indonesia , baik lama maupun modern menjanjikan lahan penelitianyang tidak akan pernah kering. Setiap hasil karya, baik dalam skala angkatan maupun individual, memiliki aspek-aspek sosial tertentu yang dapat dibicarakan melalui model-model pemahaman sosial. Ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi, sejarah, antropologi, dan ilmu sosial justru menunggu hasil-hasil analisis melalui pendekatan sosiologis yang akan digunakan untuk membantu memahami gender, feminis, status peranan, wacana sosial, dan sebagainya. Pendekatan siosiologis juga memilki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Oleh karena itulah, pendekatan ini disenangi oleh tradisi Marxis, tradisi Lekra di Indonesia. bagi mereka aspek estetiskarya dianggap memilki kekuatan besar dalam mengorganisasikan massa (Ratna, 2013: 59-61). Karya sastra yang dipilih untuk menganalisisnya melalui pendekatan sosiologi sastra adalah novel Ayat-ayat Cinta karya Habibburrahman El-Shirazy, di sini akan dipaparkan tentang biografi penulis tersebut.
Habibburrahman El-Shirazy lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 30 September 1976. Ia memiliki seorang istri yang bernama Muyasaratun Sa'idah dan dikaruniai dua anak yang bernama Muhammad Neil AuthorMuhammad Ziaul Kautsar. Habibburrahman sering disapa dengan kang Abik. Ia adalah seorang novelis terkenal di Indonesia. Tidak hanya seorang novelis saja melainkan juga penyair dai. Dia adalah lulusan Sarjana di Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Banyak sekali karya yang diciptakan dan diminati oleh masyarakat, salah satunya adalah novel Ayat-ayat Cinta.
Dalam pembuatan novel Ayat-ayat Cinta ini penulis terinspirasi dari   ayat Al-Qur’an pada Surat Al-Zuhruf ayat 67. Dalam surat tersebut Allah SWT berfirman bahwa orang-orang yang saling mencintai satu sama lain pada hari kiamat akan bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa. Menurutnya, bahwa “Jatuh cinta dan saling mencintai tetap akan bermusuhan juga pada hari kiamat, kecuali orang yang bertakwa.” Jadi, hanya cinta yang bertakwa yang tidak mengakibatkan orang bermusuhan. Itu yang kemudian menjadi renungan dia untuk menulis novel Ayat-ayat CInta.
Novel ini dilatar belakangi oleh  Habibburrahman tentang sebuah cinta sesuai dengan ajaran Islam yang  dan penulis  ingin membangun karakter generasi muda yang salah kaprah mengartikan hakikat cinta. Di sini penulis menyampaikan keindahan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Saat penulis menuliskan novel ini sumber utama yang dipakai adalah Al-Qur’an dan Hadis, dan juga mengambil dari rujukan terdahulu.
Novel ini menceritakan fenomena yang terjadi pada penulis dan lingkungan sekitar. Penulis bernotaben dari pesantre sehingga saat ia menulis sering memasukkan unsur pesantren di dalam isi cerita karya sastra. Begitu juga sebuah novel Ayat-ayat Cinta yang menceritakan kehidupan seorang pemuda bernama Fahri, ia adalah mahasiswa Universitas Al-Azhar, cerita Ini adalah pengalaman dari penulis yang bersekolah di Universitas Al-Azhar. Namun, isi novel ini tidak sepenuhnya dari pengalaman pribadi penulis, ada beberapa pengalaman penulis misalnya selama belajar di Kairo yang hadir dalam novel Ayat-ayat Cintaseperti talaqqi Al-Qur’an, pergi kuliah naik Metro, minum ashir ashab dan ashir mangga di musim panas, berdebat dengan orang Mesir, dan juga bertemu dengan mahasiswa dari Turki.
Kritik sastra secara sosiologis dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu: Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra. Ketiga, sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosial terhadap masyarakat.
 karya Habiburrahman El Shirazy dilihat dari tiga cakupan sosiologi sastra yang diungkapakan Rene Wellek dan Austin Warren, serta sejalan dengan pendapat Ian Watt.
Hal pertama yang akan dibahas dari novel di atas adalah kaitannya dengan sosiologi pengarang. Faktor-faktor sosial yang ada di sekitar pengarang dapat mempengaruhi kehidupan pengarang sebagai individu dari bagian masyarakat.  Dapat kita temukan di novel ini ketika Fahri tinggal di apartemen dan memiliki tetangga yang beragama Kriten. Ia tidak pernah mencaci maki ataupun menjahatinya. Justru sikap dan perilaku Fahri baik kepada sesama tangga bahkan oa selalu mengingatkan, mendoakan, dan menolong masyarakat sekitarnya. Karena sikap yang dilakukan Fahri  sebagai tokoh utama adalah salah satu bentuk meneladani sikap yang dilakukan  rasul dalam bertetangga. Kemudian pengalaman dari penulis adalah ketika di metro berdebat dengan orang Mesir yang tidak menghormati tamu dari Amerika Serikat bernama Aisah. Meskipun penulis tidak asli orang Mesir tapi penulis berani menentang dan mengingatkan orang Mesir, karena menurutnya bahwa sesama muslim harus mengingatkan saudaranya itu adalah salah satu bentuk dari dakwah. Dalam novel ini menceritakan saat fahri di dalam metro, ada orang Mesir yang menghina orang Amerika Serikat. Padahal ia tidak bersalah apa-apa. Kemudian Fahri memberanikan diri untuk mengingatkan penumpang yang berasal dari Mesir menghormati tamu dari negara lain (Amerika serikat).
Hal kedua yang akan dibahas adalah karya sastra sebagai cermin masyarakat. Penulis mengangkat fakta sosial yang terdapat di lingkungan sekitar sebagai tema atau isi karya sastra. Seperti terlihat dari judul novel, Ayat-ayat Cinta. Maka tema novel ini tidak hanya mengandung tema cinta manusia dengan manusia saja, tetapi juga cinta manusia kepada Tuhan dan rasul-Nya. Dalam novel ini tersirat adanya pengertian cinta manusia kepada  Tuhan yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut menyiratkan adanya pengertian cinta Tuhan kepada manusia yang diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Dalam novel ini terdapat nilai-nilai moral, dan nilai-nilai religius. Misalnya, Habiburrahman El Shirazy sebagai seorang pengarang ingin mengajak umat Muslim pada kebenaran dengan bahasa yang mudah diterima. Penulis juga menyampaikan pesan keharmonisan hidup sebagai umat manusia yang beradab di muka bumi, peristiwa itu terjadi ketika Maria, seorang gadis beragama kristen koptik yang bertetangga baik dengan Fahri dan teman-temannya menempuh studi di Mesir. Selain itu Habiburrahman El Shirazy juga mengajak kepada pembaca untuk saling menghormati kepada tamu-tamu asing yang berkunjung kesuatu Negara. Hal ini dapat di lihat ketika tokoh Fahri sedang menasehati penduduk mesir di sebuah metro untuk tetap menghormati tamu asing, sebagaimana ajaran rasulullah walau orang asing itu merupakan orang kafir sekalipun. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut.
“… Ahlu dzimmah adalah semua orang non muslim yang berada di dalam negara kaum muslimin secara baik-baik, tidak illegal dengan membayar jizyah dan mentaati peraturan yang ada di dalam negara itu. Hak mereka sama dengan hak kaum muslimin. Darah dan kehormatan dan kehormatan mereka sama dengan darah dan kehormatan kaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi. Tidak boleh disakiti sedikit pun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika itu masuk ke Mesir secara resmi. Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya silakan lihat saja paspornya. Maka mereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah. Darah dan kehormatan mereka harus kita lindungi. Itu yang diaajrkan Rasulullah Saw. …” (Shirazy, 2004: 50)
Novel Ayat-ayat Cinta ini hadir sebagai penyalur pendapat yang dituliskan pengarang berdasarkan latar belakangnya Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat kepada pembaca untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Novel ini di latar belakangi oleh budaya bangsa. Dalam isi di dalamnya mengajarkan pembaca untuk mencintai pasangannya berlandaskan ketakwaan dan mengajarkan manusia untuk selalu bersabar menerima cobaan yang diberikan Allah. Karena semakin teguh iman yang kamu miliki maka semakin besar cobaan yang kamu dapatkan, disitulah Allah menguji keimananmu untuk mengetahui seberapa besar iman yang kamu berikan kepadaanya.




BAB III
PENUTUP
Novel adalah suatu bentuk karya prosa fiksi yang di dalamnya terdapat unsur  intrinsik dan ekstrinsik. Unsure intrinsik pada karya sastra yaitu tema, tokoh, setting, alur, dan amanat sedangkan unsure Ekstrinsik terdari dari unsur biografi penulis, keagamaan, dan sosial. Novel tidak hanya dijadikan sebagai hiburan saja melainkan juga memiliki pesan dan amanat yang dapat kita ambil.
Karya sastra tidak dapat dipahami lengkap apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks yang seluas-luasnya dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra  dalah hasil dari pengaruh timbal-balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural masyarakat. keterkaitan antara karya sastra dan sosiologi tidak jauh berbeda justru saling melengkapi.









DAFTAR PUSTAKA
Damono, S. D. (1987). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkasi. Jakarta: Gramedia.
Damono, S. D. (2009). Sosiologi Sastra: Pengantar Ringkas. Ciputat: Editum.
Nugriyantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, N. K. (2005). Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Denpasar: Pustaka Pelajar.
Ratna, N. K. (2013). Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rokhmansyah, A. (2014). Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Staton. (2007). Teori Fiksi Robert Staton. Terjemahan Sugi Hastuti dan Rossi Abi Al irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, H. G. (2000). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkassa.


Comments

Popular posts from this blog

Menemukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Drama Cipoa Karya Putu Wijaya

Review Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy